Aya bagja tapi teu daulat, pribahasa sunda ini mungkin yang sedang dirasakan warga desa Cijemit yang mana aliran Sungai Cipedak sepanjang 6,4 Km yang melintas desa Cijemit tak ubahnya bagaikan buah simalakama, di sisi lain sangat bermanfaat untuk masyarakat, tapi ketika musim penghujan datang Sungai Cipedak tak ubahnya seperti harimau yang siap memangsa kapan saja. Banjir, longsor dan pergerakan tanah adalah PR tahunan yang tak henti sislih berganti.
Sabeungkeutan-Sauyunan-Satujuan itulah semboyan Desa Cijemit yang akhir-akhir ini terlihat di jalan alternatif yang sekaligus jalan yang menghubungkan Dusun Cibar-Dusun Sukasari. Tidak kurang dari 30 Warga bergantian setiap harinya kerja bakti mengumpulkan batu kali yang nantinya dipergunakan untuk pemasangan bronjong kawat. Jalan yang sangat vital ini terkikis air sungai Cipedak sehingga badan jalan yang tadinya lebar kini tersisa 1 (satu) meter lagi.
Musim kemarau tak kunjung datang, warga desa Cijemit kini resah. Bukan hanya persoalan Jembatan Cipedak yang kondisinya kian memprihatinkan ditambah lagi dengan putusnya jalan alternatif yang sekaligus jalan penghubung Dusun Cibar - Dusun Sukasari. Ada 2 (dua) titik yang mengakibatkan jalan tersebut putus akibat pergeseran tanah dan kikisan derasnya Sungai Cipedak, akibatnya ada sebagian jalan yang harus dialihkan dengan membuat jalan baru sepanjang 300 (tiga ratus) meter dan kondisinya sekarang masih tanah dan tidak bisa di lalui kendaraan.
Jembatan Cipedak yang merupakan penghubung Desa Ciniru dan Desa Cijemit juga 3 desa lainnya kian memprihatinkan, apalagi saat ini musim penghujan dikhawatirkan dengan intensitas hujan yang tinggi dan derasnya aliran sungai Cipedak, dapat menggerus pondasi jembatan Cipedak. Untuk memecahkan permasalahan ini tentunya tidak mudah selain memakan anggaran yang cukup besar juga Jembatan Cipedak bukan hanya milik Desa Cijemit, tapi di lalui juga oleh masayarakat desa lainnya.
Musim penghujan tahun ini mendatangkan kekhawatiran bagi warga desa Cijemit, yang mana jembatan Cipedak sebagai penghubung Desa Cijemit dan Desa Ciniru yang sekaligus akses utama menuju kota terancam oleh derasnya air Sungai Cipedak. Kondisi jembatan yang sudah tak berpondasi (sekarang pondasi berada jauh di atas permukaan air) serta ambruknya tambak limpas yang t
Musibah banjir dan pergerakan tanah yang terjadi pada hari Rabu tanggal 21 Desember 2022 menyisakan masalah dan beban yang luar biasa bagi Pemerintahan Desa Cijemit, yang mana bukan hanya pemukiman dengan 23 rumah terancam, 7 rumah rusak berat , 3 rumah terpaksa dirobohkan dan sampai saat ini masih menunggu uluran tangan dari Pemkab Kuningan juga Provinsi Jawa Barat.
Dalam rangka meningkatkan hasil pertanian di desa cijemit di butuhkan saluran air yang memadai, maka dari itu Pemerintah Desa Cijemit mengalokasikan Dana Desa untuk pembangunan saluran irigasi yang mana irigasi tersebut belum semuanya di bangun dan pada tahun ini melanjutkan pembangunan saluran irigasi tersebut sepanjang 200 meter di dusun Sukasari tepatnya areal pesawahan Sawah Jero Girang dengan luas 46,15 hektar. Semoga pembangunan irigasi ini bisa membantu petani karena kekurangan air dikala musim kemarau datang sehingga bisa meningkatkan hasil pertanian.